3.
Pilih satu nama wayang, ceritakan tokoh wayang
tersebut?
Jawab :
Dua kembar dunia pewanyangan Nakula
dan Sadewa adalah sosok yang unik. Meskipun secara fisik keduanya kembar
identik akan tetapi keduanya memiliki kepribadian yang berbeda. Nakula
merupakan sosok yang pendiam dan pemikir setiap hal yang dikerjakannya selalu
dipahami, ditelaah, dimaknai secara mendalam dan akan menyampaikan hasil
pemikirannya ketika dimintai pendapat saja. Berbeda dengan Sadewa yang cerdas,
lihai dalam berbicara maupun berpendapat dan merupakan komandan yang baik dalam
meningkatkan semangat senopati serta prajurit di medan laga. Keteladanan
kepemimpinan yang patut di contoh adalah kemampuan mereka memimpin Negeri
Sawojajar bersama tanpa adanya perebutan tahta. Negeri Sawojajar awalnya adalah
milik jin kembar bernama sapujagad dan sapulebu. Ketika bertemu dengan Nakula
dan Sadewa, jin Sapujagad dan Sapulebu merasa sudah waktunya mereka
beristirahat dan memilih jalan kematian karena telah bertemu dengan figur yang
cocok menggantikan mereka untuk memimpin sawojajar yang memiliki tanah yang
luas, aneka tanaman obat ( Nakula dan Sadewa memiliki pengetahuan tentang
obat-obatan), serta paling subur diantara wilayah Negeri Amarta. Tidak hanya
itu, Nakula dan Sadewa memperoleh hadiah berupa dua istana peninggalan
sapujagad dan sapulebu yang luas nan megah, disekelilingnya rapi berdiri pohon
sawo yang berjajar. Nakula menamai istananya sesuai nama wilayah yakni
Sawojajar, kemudian Sadewa menamai istananya dengan nama Bumi Retawu. Setia,
kompak dan saling pengertian adalah sifat yang patut menjadi inspirasi
kehidupan bersaudara saat ini. Mendapatkan kekuasaan, istana, tanah yang luas
dan subur tidak serta merta membuat kembar bersaudara ini saling berebut untuk
mendominasi satu dengan yang lain. Bahkan, wilayah Negeri Sawojajar pun tidak
juga langsung dibagi dua seperti jalan pemikiran masyarakat modern sekarang.
Mereka berdua memiliki visi dan misi yang jelas untuk menjadikan Negeri
Sawojajar berkembang tanpa harus membagi dua, pepatah satu kapal dua nahkoda
tidak berlaku bagi mereka. Di hadapan rakyatnya keduanya selalu bersinergi dan
kompak dalam setiap pengambilan keputusan. Sadewa yang merasa lebih muda
apabila merasa ada hal yang sulit untuk ia putuskan selalu berkonsultasi dan
menyerahkannya kepada Nakula. Demikian juga Nakula yang merasa memiliki kekurangan
dalam hal komunikasi maka, setiap keputusan yang diambilnya akan disampaikan
oleh Sadewa kepada masyarakatnya. Sinergi antara pemikir dan peng-komunikasi
yang sangat solid. Hubungan persaudaraan yang erat juga mereka tunjukkan
terhadap tiga saudara yang lain, Yudhistira, Bima, dan Arjuna. Meskipun berbeda
ibu, mereka berdua selalu taat dan patuh terhadap kakak-kakak mereka. Hal ini
terlihat ketika Yudhistira mempertaruhkan Amarta dalam jebakan main dadu dengan
kurawa, meskipun ada rasa tidak puas akan tetapi mereka menghormati keputusan
Yudhistira, sekaligus sebagai hukuman karena kalah main dadu, keduanya juga
ikut bersama pandawa lainnya untuk menjalani pembuangan selama 13 tahun dan
penyamaran selama 2 tahun. Kesetiaan terhadap persaudaraan juga ditunjukkan
ketika Perang Bharatayuda di tegal Kurusethra. Mereka pun rela berperang
bersama menghadapi paman mereka sendiri yakni kakak dari Dewi Madrim, Prabu
Salya. Hingga akhirnya Prabu Salya pun meninggal dan berwasiat kepada Nakula
untuk menggantikan takhta Prabu Salya di Negeri Mandraka karena Prabu Salya
tidak memiliki Putra kemudian Sawojajar sepenuhnya diserahkan kepada Sadewa.
Berlanjut hingga akhir cerita Mahabharata, Nakula dan Sadewa ketika menginjak
usia lanjut mereka setia untuk ikut serta bersama kakak-kakaknya dan Dewi
Dropadi untuk melakukan perjalanan ke Utara mendaki tingginya Pegunungan
Himalaya untuk meninggalkan duniawi setelah seluruh takhta Negeri milik Pandawa
diserahkan kepada satu-satunya keturunan Pandawa yakni Parikesit cucu dari
Arjuna karena seluruh keturunan Pandawa gugur waktu perang Bharatayuda. Mereka
dengan penuh keteguhan hati bersama kakak-kakak mereka dan Dropadi mendaki
gunung yang sangat tinggi dan terjal padahal waktu itu kesaktian seluruh
pandawa telah menghilang sehingga mereka harus berjalan kaki dan membuang
seluruh senjata pusaka dari para dewa. Sekarang, bagaimana kehidupan modern
sekarang ini sangatlah jauh berbeda dengan filosofi kehidupan yang dianut
Nakula dan Sadewa. Berebut harta bahkan sampai saling gugat menggugat di ranah
hukum padahal saudara sekandung. Nakula dan Sadewa mengajarkan serta
menginspirasi kepada kita semua cara hidup bersaudara. Kisah hidup pewanyangan
yang patut dicontoh oleh masyarakat masa kini dan pemimpin saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar